Apakah Aku Anxiety? "Cerita Cewek Mandiri Saat Rasa Resah Datang Tanpa Permisi”

Pernah nggak sih kamu tiba-tiba merasa resah banget?

Tanpa sebab yang jelas, tiba-tiba jantung berdebar, pikiran lari kemana-mana, dan ada rasa takut yang datang tiba-tiba. Sampai akhirnya nanya ke diri sendiri,

“Eh, aku kenapa ya? Ini anxiety nggak sih?”


Aku pernah banget di fase itu. Sampai akhirnya aku buka Google, bahkan baca-baca jurnal buat tahu gejalanya. Aku mulai cocoklogi sendiri sambil mikir, “Jangan-jangan aku anxiety beneran?”
Momen resah itu nggak sebentar, sekitar 3 bulan aku merasa nggak nyaman sama diri sendiri. Rasanya pengen tenang tapi nggak bisa. Pengen ngobrol, tapi bingung harus mulai dari mana. Saking seriusnya, aku sempat konsultasi online dengan psikolog dan psikiater. Tapi yaa… diagnosis itu bukan sesuatu yang bisa instan. Perlu proses, pemantauan, dan kejujuran sama diri sendiri (yang kadang nggak gampang). Eitss..kita nggak boleh memberikan diagnosis kepada diri sendiri ya gurls.

Saat itu hidupku memang lagi agak berantakan. Ada masalah karier, kehilangan semangat, dan merasa stuck. Semua numpuk jadi satu dan berubah jadi keresahan. Tapi pelan-pelan, aku mulai sadar… mungkin rasa resah itu datang karena aku terlalu banyak mengundang dia lewat pikiran-pikiran negatifku sendiri.


Setelah 3 bulan bergulat dengan pikiran sendiri, akhirnya pelan-pelan semuanya mulai memudar. Aku merasa lebih ringan, nggak overthinking, dan mulai bisa bilang ke diri sendiri :

"Hey, I'm okay. I'm healing."

Dan di situ aku nemu jawabannya:


Ternyata… keresahan itu datang karena aku biarkan dia datang.

Bukan salah siapa-siapa, hanya butuh cara pandang baru untuk menenangkannya.


My Healing Formula – Tips ala Cewek Chill:


1. Stay Positive


Selalu cari sisi positif dari setiap kejadian.

Waktu aku nggak jadi diangkat sebagai karyawan tetap, aku nggak nyalahin diri sendiri. Aku bilang ke diri sendiri,

“Maybe this is a redirection, bukan penolakan.”

Dan bener aja—aku jadi lebih terbuka untuk peluang yang lebih cocok.


Berpikir positif bukan berarti kita harus pura-pura bahagia atau menutup mata dari realita. Tapi ini soal melatih pikiran untuk melihat sesuatu dari sudut pandang yang lebih ringan dan membangun.

Misalnya, waktu kamu gagal lolos interview kerja atau nggak jadi diangkat jadi karyawan tetap, kamu bisa saja merasa sedih dan kecewa—dan itu wajar. Tapi daripada terus menyalahkan diri, coba ubah cara pandangmu.

 Mungkin ini bukan tempat terbaikku, Tuhan sedang mengarahkanku ke tempat yang lebih cocok dan berkembang.”

Dengan mindset seperti ini, kamu akan merasa lebih tenang, dan kamu juga jadi punya semangat untuk tetap melangkah. Positivity itu bukan denial, tapi bentuk percaya pada rencana besar yang sedang disiapkan untukmu.


2. Jangan Maksa Hal yang Di Luar Kendali


Opini orang, jodoh, waktu, cuaca, semua di luar kendali kita.

Nggak perlu ngotot kendaliin semuanya—cukup lakukan bagianmu, dan biarkan Tuhan yang ambil alih kemudinya.

Yes girl, Let God Drive


Kadang kita terlalu ingin mengontrol semuanya—opini orang, situasi yang belum terjadi, bahkan reaksi orang lain. Padahal, semakin kamu memaksakan mengendalikan yang seharusnya tidak kamu kendalikan, semakin lelah hatimu sendiri.


Contoh klasiknya: kamu berusaha keras supaya semua orang suka sama kamu. Padahal itu mustahil. Dan semakin kamu mencoba, kamu malah kehilangan versi asli dari dirimu.


Jadi, yuk mulai pelan-pelan belajar bilang:

This is not mine to control, and that’s okay.”


Fokuslah pada hal-hal yang bisa kamu ubah: sikapmu, responmu, dan pilihan yang kamu ambil. Biarkan Tuhan mengatur sisanya. Ini bukan pasrah, tapi kebijaksanaan untuk tidak membebani diri dengan hal yang bukan tanggung jawabmu.



3. Fokus ke Diri Sendiri


Dengerin dirimu sendiri.

Apa yang kamu mau? Apa yang kamu nggak nyaman tapi terpaksa lakukan?

Kadang keresahan muncul dari hal-hal yang kamu lakukan tanpa ikhlas.

Kalau memang harus dijalani, lakukan dengan hati. Kalau nggak bisa? Belajar untuk bilang “nggak”.


Keresahan sering datang saat kita terlalu sibuk memenuhi ekspektasi orang lain, sampai-sampai lupa mendengar suara hati sendiri.

Kadang kita melakukan banyak hal karena “harus” bukan karena “ingin”, dan itu bikin hati jadi penuh tekanan.


Mulai sekarang, coba lebih peka:

Apa kamu benar-benar ingin melakukan ini?

Apakah kamu merasa nyaman dengan keputusan ini?

Atau kamu hanya sedang menyenangkan orang lain sambil mengabaikan dirimu?


Fokus ke diri sendiri bukan egois, tapi bentuk cinta diri.

You can’t pour from an empty cup, darling.


Cintai dirimu dulu, supaya kamu bisa memberikan energi positif ke sekelilingmu.



4. Do Your Best (Tanpa Harus Ditimbang Balasannya)


Apapun yang kamu kerjakan, kerjakan sepenuh hati.

Bukan buat dipuji, tapi biar kamu nggak nyesel.

Kadang hasilnya belum kelihatan sekarang, tapi percayalah: usaha baik nggak pernah sia-sia.

Dan satu lagi: jangan terlalu sering ngeluh, sayang energimu.



4 tips di atas bukan cuma teori, tapi sesuatu yang udah aku jalani dan aku rasain manfaatnya. Sekarang, giliran kamu untuk mulai pelan-pelan berdamai dengan keresahanmu.

Kamu nggak sendirian. Kamu kuat. Dan kamu bisa.


Break a leg, gorgeous! You got this.



Comments

Popular posts from this blog

Quarter Life Crisis: Lagi Bingung Arah Hidup? You’re Not Alone, Gurls!

Belajar Menghargai Perasaan