Lepaskan Luka, Temukan Damai
Gurls, kita semua pasti pernah melewati masa-masa sulit dalam hidup.
Kadang rasanya berat banget buat memaafkan, apalagi menerima semua kejadian pahit dengan hati yang lapang. Tapi ternyata, proses memaafkan dan menerima itu justru jadi kunci buat punya hidup yang lebih tenang, nyaman, dan bebas dari belenggu luka lama.
Mungkin ada di antara kita yang punya pengalaman kurang menyenangkan dengan orang tua. Aku juga.
Orang tuaku termasuk tipe yang keras—bukan cuma kata-katanya, tapi juga caranya mendidik. Mereka banyak menuntut ini itu, ingin aku jadi sesuai harapan mereka. Dan kalau aku nggak nurut… ya, bisa-bisa ada benda yang melayang. Hahaha, iya, sekeras itu.
Waktu kecil, tubuhku sering penuh dengan lebam karena cubitan—padahal sekarang aku sadar, itu semua karena kesalahan-kesalahan kecil. Tapi saat itu aku masih kecil, dan rasanya dunia sempit sekali.
Ada banyak hal yang nggak bisa aku lakukan. Aku sering tanya dalam hati,
“Kenapa sih aku nggak boleh ngelakuin hal yang aku suka?”
“Kenapa harus banget jadi seperti yang mereka mau?”
Pertanyaan-pertanyaan itu muncul tiap kali aku capek, sedih, dan merasa nggak dimengerti.
Sampai suatu ketika, di usia sekitar 14 tahun, aku mulai mencari jawaban. Dan akhirnya aku sadar, mungkin orang tuaku memang belum cukup punya bekal ilmu parenting. Mereka besar di lingkungan yang keras, dan hanya meneruskan apa yang dulu mereka alami. Mereka nggak tau cara mengekspresikan cinta atau mengatur emosinya dengan baik. Jadi, semua didikan keras itu bukan karena benci… tapi karena mereka pun sedang berjuang dengan cara yang mereka tahu.
Saat aku mulai melihat dari sisi itu, pelan-pelan aku berdamai dengan masa lalu.
Luka-luka itu mulai sembuh. Masih bisa aku ingat, tapi rasanya udah nggak sakit lagi.
Dan di titik ini, aku cuma bisa bilang, “Thanks for the lessons.”
Comments
Post a Comment